Friday, September 13, 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Berhasil tidaknya belajar tergantung pada bermacam-macam factor.
Menurut Ngalim Purwanto (1998: 102) faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a.       Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Yang termasuk faktor individual  kematangan/pertumbuhan kecerdasan, latihan, motivasi, dan factor pribadi.
b.      Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor social antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Sumber :
-          Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda.

Model Pembelajaran Learning Cycle 5E



Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
1.                  Pengertian Model learning cycle 5E
            Learning Cycle 5E adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
Learning cycle 5E  merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Learning cycle 5E dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa kita. Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Pembelajaran siklus (Wena, 2011:170) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis. Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement  Study/SCIS. Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap yaitu:
a.              Eksplorasi (exploration)
b.             Pengenalan konsep (concept introduction), dan
c.              Penerapan konsep (concept application)
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration/extention), dan (e) evaluasi (evaluation). dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah Learning cycle lima tahapan.
2.                  Tahap Pembelajaran Learning Cycle 5E
Pembelajaran learning cycle terdiri dari lima tahap (Lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).
a.                  Tahap Pembangkitan Minat (Engagement)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan, kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b.                  Tahap Eksplorasi (Exploration)
       Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahnnya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sabagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah sebagian benar.
c.                  Tahap Penjelasan (Explanation)
       Pada tahap penjelasan guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
d.                 Tahap Elaborasi (Elaboration)
                 Pada tahap ini pengalaman baru dirancang untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih luas tentang konsep yang telah diterangkan. Siswa memperluas konsep yang telah dipelajari, membuat koneksi dengan konsep lain yang berhubungan, serta mengaplikasikan pemahaman mereka dalam dunia nyata. Siswa bekerja secara kooperatif, mengidentifikasi dan menyelesaikan aktifitas baru.
            Pada tahap ini guru berharap siswa menggunakan definisi, identifikasi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru.
e.                  Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model learning cycle yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam strategi pembelajaran learning cycle seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari.  Perbedaan mendasar antara model pembelajaran learning cycle 5E dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu.  Kelima tahapan siklus belajar 5E dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Text Box: Gambar 2. Learning Cycle 5E
3.                       Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E
Menurut Cohen dan Clough (dalam Wibowo, 2010:2) penerapan model learning cycle 5E memberi keuntungan sebagai berikut :
a.    Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
b.       Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa.
c.        Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model learning cycle 5E yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut :
a.     Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
b.     Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
c.       Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
Sumber :
-          Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tersedia: www.coe.ilstu.edu/
-          Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
-          Wibowo, Arie. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi  (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2009/2010).

Hubungan Penggunaan Microsoft PowerPoint dengan Minat dan Hasil Belajar



Hubungan Penggunaan Microsoft PowerPoint dengan Minat dan Hasil Belajar

Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:137) media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang guru yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari materi pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh peserta diidk, terutama materi pembelajaran yang rumit atau kompleks. Sehingga dapat terlihat jelas bahwa media pembelajaran sangat penting kedudukannya dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:147) yaitu program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Program tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program itu sangat baik, jika tidak sesuai dengan kurikulum maka tidak akan banyak membawa manfaat, bahkan mungkin hanya menjadi beban, baik bagi peserta didik maupun bagi guru. Materi pembelajaran harus menjadi pertimbangan penting bagi guru dalam memilih media, agar penggunaan media dapat optimal dalam proses pembelajaran.
Nilai-nilai praktis media pembelajaran menurut Nana Sudjana (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002:155) adalah dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, karena dapat mengurangi verbalisme, media dapat memperbesar minat dan perhatian peserta didik untuk belajar serta media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. Pada dasarnya media pembelajaran dan minat belajar memiliki kaitan yang erat dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Microsoft PowerPoint.
Sumber :
-          Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Pembelajaran. Jakarat: PT Rineka Cipta.

Matematika



Matematika
Beberapa pandangan ahli yang memberikan pendapat tentang matematika di antaranya:
1)        Menurut Johnson dan Myklebust (Mulyono Abdurrahman, 2003:252).
Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, dan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
2)        Menurut Herman Hundoyo (1998:3).
Matematika sebagai ilmu mengenai struktur yang mencakup tentang hubungan pola maupun ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logika dengan menggunakan pembuktian deduktif.
3)        Menurut E. T. Ruseffendi (2006:260).
Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses dan pelalaran. Matematika terdiri dari 4 wawasan yang luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu (Mathematics is the Queen of the Sciences). Maksudnya matematika itu tidak bergantung kepada bidang studi lain.
Matematika mempunyai peranan penting dalam sektor pendidikan, ekonomi, penelitian, kesehatan, pembangunan, dan lain sebagainya. Matematikapun menjadi suatu bidang ilmu yang harus dipelajari oleh setiap individu dalam lingkungan sekolah, baik dasar maupun menengah. Dengan dipelajarinya matematika, memungkinkan tiap individu dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan, karena sebelumnya telah terbiasa dihadapkan dengan masalah yang terdapat dalam pelajaran matematika yang sulit dan sukar dipahami oleh individu tersebut.

Sumber :
-          Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
-          Hundoyo, Herman. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
-          Ruseffendi, E. T. 2006.  Pengantar kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Mengembangkan CBSA, Bandung: Tarsito.