Friday, January 10, 2014

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT



Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Zainal Aqib (2007 : 76) TGT memiliki berbagai persamaan dengan STAD. Namun, dalam hal kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan sistem turnamen permainan akademik. Dalam turnamen ini siswa bertanding mewakili tim mereka dengan anggota tim lain secara kinerja akademik.

1.      Langkah-langkah kegiatan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
a.       Presentasi di Kelas
Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
b.      Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
c.       Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.
d.      Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
e.       Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
2.      Pelaksanaan Turnamen Akademik
Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja “atas” dan yang “bawah.” Mintalah salah satu siswa yang anda pilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu bernomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut.
Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama.
Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah pilihan ganda. Misalnya, seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal nomor 21. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang bereda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua pnya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya jawaban, ditantang, atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam boks.
Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri: penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama, dan si pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut, seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau jika kotaknya telah kosong. Apabila permainan sudah berakhir, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan pada kolom untuk Game 1. Jika masih ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir periode kelas, dan mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game 2 pada lembar skor.
3.      Menentukan Skor Tim
Segera setelah turnamen selesai, tentukanlah skor tim dan persiapkan  sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu, pindahkan poin-poin turnamen dari tiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.

Semua siswa harus memainkan game ini pada saat yang sama. Sementara mereka bernain, bergeraklah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menjawab pertanyaan dan pastikan bahwa semua siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh menit sebelum akhir periode kelas, ucapkan kata “waktu” dan mintalah para siswa berhenti dan menghitung kaartu mereka pada lembar skor permainan.
Mintalah para siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game (jika mereka memainkan lebih dari satu game) dan mengisi total perolehan hari itu. Untuk anak-anak yang usianya lebih muda (kelas empat ke bawah), kumpulkan saja lembar skornya. Jika para siswa lebih tua, mintalah mereka menghitung poin turnamen mereka sendiri.
Tabel di bawah ini adalah merangkum poin-poin turnamen untuk semua kemungkinan hasilnya. Pada meja dengan tiga pemain dan skor tidak seri pencetak skor tertinggi menerima enam puluh poin, yang kedua empat puluh poin, dan yang ketiga dua puluh poin. Jika terdapat lebih atau kurang dari tiga pemain atau bila terjadi nilai seri, gunakan tabel tersebut untuk menentukan poin bagi tiap siswa. Apabila semuanya sudah menghitung poin-poin turnamen yang dikumpulkan, mintalah para siswa untuk mengumpulkan lembar skor permainan.
 

Merekognisi Tim Berprestasi
Seperti dalam STAD, di sini juga diberikan tiga tingkatan penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim.

Anda boleh memberikan sertifikat atau penghargaan lain kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerima ucapan selamat di dalam kelas. Selain atau sebagai tambahan sertifikat tim, anda boleh juga menampilkan tim sukses pada papan buletin mingguan, tempatkan foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apa pun yang anda lakukan untuk merekognisi tim yang berprestasi, sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar.
Memberi Penilaian
TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. Untuk menentukan nilai-nilai individual, banyak guru yang menggunakan TGT memberikan ujian tengah semester atau akhir semester pada tiap-tiap semester; ada juga yang memberikan kuis setelah turnamen. Nilai para siswa haruslah didasarkan pada skor kuis mereka atau penilaian individual lainnya, bukan pada poin-poin turnamen para siswa dan/atau skor tim dapat dijadikan sebagian kecil dari nilai mereka. Atau, apabila sekolah memberikan nilai yang terpisah sebagai penilaian akhir, skor-skor ini dapat digunakan untuk menentukan nilai akhir. (Robert E. Slavin, 2005 : 166-179).

Wednesday, January 8, 2014

PROGRAM, ORGANISASI DAN ADMINISTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah : Bimbingan dan Konseling



Disusun Oleh :
-          Enok Nela                  (12.22.1.0157)
-          Ervin Marsela           (12.22.1.0163)
-          Nintya Sintya Devy   (12.22.1.0322)
-          Nurhalimah               (12.22.1.0342)
-          Yuyun Indriyani       (12.22.1.0491)

Kelas : F

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2012/2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada hambanya-Nya, salam serta salawat ditunjukkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad  SAW beserta keluarganya. Sehingga atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan makalah Program, Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling.
Adapun maksud penulis membuat makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat dijadikan sebagai buku panduan.
Harapan penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi para pembaca. Tidak ada karya yang sempurna maka dari itu kritik dan saran penulis harapkan.



                                                                                    Majalengka, April 2013                                                                                                                     

                                                                                                Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan di sekolah dasar. Setiap guru perlu menyelanggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu murid mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling itu akan berjalan dengan baik apabila pelaksanaannya didasari program yang terencana dan terarah.
Program bimbingan dan konseling yang telah tersusun secara baik akan dapat dilaksanakan secara efektif apabila didukung oleh organisasi yang baik dan tertib. Kalau organisasi bimbingan dan konseling terlaksana dengan baik, maka kegiatan-kegiatannya dapat terkordinasi dengan baik, saran-saran layanan secara bijaksana.
Selanjutnya organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan tertib perlu ditopang oleh administrasi yang teratur dan mantap. Karena dengan adanya administrasi yang teratur dan mantap itu akan memungkinkan terlaksananya mekanisme dan prosedur kerja yang lancar diantara berbagai petugas bimbingan dan konseling di sekolah.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
2.      Apa langkah-langkah serta prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
3.      Apa yang dimaksud dengan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
4.      Bagaimana pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
5.      Apa yang dimaksud dengan administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
6.      Apa pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari permasalahan ini agar dapat memahami:
1.      Arti program, langkah-langkah serta prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
2.      Arti dan pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
3.      Arti serta pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Program Bimbingan Dan Konseling
1.      Pengertian
Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rencana kerja atau kegiatan yang akan dilakukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Rencana kerja ini disusun secara sistematis dan terpadu oleh petugas bimbingan konseling di sekolah dasar, yaitu kepala sekolah, guru, kelas, dan guru-guru lain (guru agama dan guru  pendidikan jasmani).
Program bimbingan dan konseling yang terarah dan terpadu mengandung beberapa keuntungan, antara lain:
a.       Pelayanan bimbingan dan konseling akan sesuai dengan kebutuhan murid-murid
b.      Pelayanan bimbingan dan konseling akan dapat membantu murid secara menyeluruh
c.       Pelayanan bimbingan dan konseling akan mudah dinilai
d.      Pelayanan bimbingan dan konseling akan sesuai dengan tenaga, dana, dan waktu yang tersedia
2.      Prinsip-prinsip penyuluhan bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberi arah dan pedoman kepada setiap petugas yang menyelenggarakannya. Di samping itu program bimbingan dan konseling hendaknya mudah dan dapat dilakukan. Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling hendaklah diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
a.       Penyusunan program bimbingan dan konseling harus mengikutsertakan semua staf sekolah dan dapat dikembangkan terus menerus.
b.      Dalam perencanaannya, program bimbingan dan konseling harus memiliki tujuan yang jelas dan realistis.
c.       Program itu hendaknya memungkinkan terciptanya kerja sama yang baik diantara staf sekolah.
d.      Program bimbingan dan konseling harus sejalan dengan program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
e.       Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberikan pelayanan kepada semua murid.
f.       Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
g.      Program bimbingan dan konseling hendaknya dapat membarikan keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal :
1)      Pelayanan individual, kelompok dan klasikal
2)      Penggunaan alat dan teknik pengumpulan data yang objektif
3)      Penggunaan sumber-sumber di dalam dan di luar sekolah
4)      Pemenuhan kebutuhan perorangan dan kelompok
3.      Langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan konseling
Untuk menghasilkan program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan rinsip-prinsip di atas, maka dalam penyusunannya perlu di perhatikan langkah-langkah berikut :
a.       Melakukan studi kelayakan. Sebelum program bimbingan dan konseling disusun perlu dilakukan inventarisasi masalah dan kebutuhan berkenaan dengan pelayanan yang akan dilaksakan. Untuk tujuan ini perlu dikumpulkan berbagai data dari semua pihak yang terkait dengan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang dimaksudkan itu.
b.      Penetapan prioritas masalah dan kebutuhan yang akan ditanganni melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Penetapan prioritas ini disesuaikan dengan kemampuan, biaya, dan tenaga yang ada di sekolah.
c.       Penetapan isi, bentuk, dan teknik kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling sesusi dengan langkah tersebut pada butir b di atas.
d.      Penetapan pelaksanaan masing-masing kegiatan yang hendak dilakukan.
e.       Penyusunan alat evaluasi uantuk menilai keberhasilan program.
4.      Isi program bimbingan dan konseling
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan konseling di atas, maka program bimbingan dan konseling di sekolah dasar hendaknya membuat kegiatan pokok, yaitu:
a.       Program orientasi dan informasi
b.      Program pengumpulan data
c.       Progarm pemberian bantuan
d.      Program penillain dan tindak lanjut.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut masing-masing kegiatan pokok tersebut :
a.      Program orientasi dan informasi
Program ini berisikan kegiatan layanan yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada murid (khususnya murid baru) dan orang tua tentang seluk-beluk persekolahan secara menyeluruh. Isi kegiatan orientasi dan informasi ini antara lain adalah :
1)      Informasi tentang tugas dan kewajiban murud pada umumnya di bidang administrasi dan penyelenggaraan pengajaran .
2)      Informasi tentang pengaran kurikulum, tata tertib dan organisasi sekolah
3)      Informasi tentang cara-cara belajar yang baik dan tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan oleh murid agar dapat belajar dengan baik di sekolah dan di rumah
4)      Informasi tenteng fasilitas-fasilitas yang dimanfaatkan oleh murid di sekolah
b.      Program pengumpulan data
Program pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang tepat dan menyeluruh tentang murid. Program ini berisikan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan pencatatan data dan tentang murid sehingga akan diperoleh pemahaman yang tepat, benar dan menyeluruh berkenaan dengan pribadi murid tersebut. Data dan keterangan yang perlu dikumpulkan ini antara lain menyangkut kebutuhan-kebutuhannya, sifat-sirfat dan ciri-ciri pokok kepribadiannya, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, hubungan sosial, keadaan keluarga dan lingkungannya.
c.       Program pemberian bantuan
Program pemberian bantuan berisikan berbagai bentuk kegiatan pelayanan dalam rangka membantu murid, baik dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya maupun dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Usaha pemberian bantuan tersebut dapat berupa:
1)      Pemberian informasi. Yaitu  bantuan yang diberikan kepada murid dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya, baik menyangkut sistem pendidikan yang sedang dihadapinya maupun pendidikan lanjutan atau karier yang akan diikuti nanti.
2)      Bimbingan khusus belajar. Yaitu bantuan yang diberikan kepada murid untuk dapat mengetahui cara-cara belajar yang efektif dan efisien, seperti cara membaca, membuat tugas, mencatat pelajaran dan menghadapi ujian.
3)      Diagnosis kesulitan belajar dan pengajaran perbaikan. Yaitu bantuan yang diberikan kepada murid-murid untuk dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam belajar.
4)      Pelayanan bimbingan kelompok. Yaitu usaha membantu dalam memngembangkan keterampilan sosial dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dengan menggunakan situasi kelompok.
5)      Pelayanan konseling. Yaitu usaha membantu murid untuk dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Bantuan ini diberikan dalam suasana hubungan tatap muka antara seorang guru dengan seorang murid.
d.      Program penilaian dan tindak lanjut
Program penilaian dan tindak lanjut merupakan usaha untuk mengetahui sejauh mana leyanan bimbingan dan konseling yang diberikan telah mencapai hasil yang diharapkan. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling terwujud dalam bentuk adanya perubahan pada diri murid ke arah yang lebih baik. Bagaimana layanan-layanan yang telah diberokan itu tidak atau kurang menampakkan hasil yang diharapkan, maka perlu dilakukan usaha-usaha tindak lanjuat. Usaha tindak lanjut itu dilakukan antara lain adalah :
1)      Melakukan pengkajian ulang terhadap pelayanan yang telah diberikan
2)      Memperbaiki dan menyempurnakan lagi usaha pelayanan yang telah diberikan sebelumnya
3)      Mengalihkan murid yang bersangkutan kepada ahli dan atau lembaga yang lebih relevan.

B.     Organisasi Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian
Perkataan organisasi berasal dari istilah Latin “organum” yang dapat berarti alat, bagian, anggota atau badan. Pariata Wesra dan kawan-kawan (1989:313) mengemukakan pengertian organisasi sebagai “suatu sistem usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama”. Selanjutnya Sutarto (dalam Pariata Wesra, 1989:315) mengemukakan definisi kegiatan pengorganisasian sebagai berikut:
Rangkaian aktivitas penyusunan suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan serta di antara satuan-satuan organisasi atau pejabatnya.
Organisasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pengaturan atau pengolahan program bimbingan dan konseling agar program tersebut berjalan dengan sebaik-baiknya, serta efektif dan efisian. Tanpa adanya organisasi, kegiatan bimbingan dan konseling tidak terkoordinasi dengan baik, sasaran yang akan dicapai tidak jelas dan kegiatan ini tidak terkontrol atau tidak terawasi dengan baik. Dalam hal terakhir ini program bimbingan dan konseling hanya akan dilakukan secara acak tanpa pengaturan yang tepat.
Organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan teratur dapat dijadikan sebagai alat untuk menciptakan hubungan dan mekanisme kerja yang efektif. Dalam organisasi yang demikian setiap guru dan personil lainnya mengetahui dengan tegas dan jelas tugas, wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing. Petugas bimbingan akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dengan siapa dia mengerjakannya dan dimana pekerjaan itu dilakukannya.
2.      Pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Bentuk atau pola organisasi bimbingan dan konseling dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan besar kecilnya isi program. Ada beberapa kemungkinan pola organisasi bimbingan dan konseling yang dapat diikuti. Untuk penerapan di sekolah dasar dapat dipilih tiga pola organisasi, yaitu:
a.       Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing.
b.      Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang konselor untuk beberapa sekolah terdekat.
c.       Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor untuk setiap sekolah.
Berikut akan diuraikan masing-masing pola tersebut:
a.       Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing.
Dalam pola organisasi ini guru kelas berperan langsung menjadi pembimbing bagi murid-murid di kelasnya. Dengan menerapkan pola ini setiap guru kelas berkewajiban menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap murid-muridnya.
Struktur bimbingan dan konseling dengan pola seperti ini adalah sebagai berikut:

Bagan 7
Organisasi bimbingan dan konseling dengan guru kelas sebagai guru pembimbing

Guru Kelas

Murid

Kepala Sekolah

BP3

Guru Lain
….  = Garis Kerjasama
- - - = Garis Instruksi
Dalam pola organisasi di atas, kepaoa sekolah sebagai koordinator bimbingan bertanggung jawab secara langsung terhadap program bimbingan dan konseling di sekolahnya. Tugas-tugas yang menyangkut pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh masing-masing guru kelas. Dalam menangani masalah-masalah yang memerlukan penanganan secara teroadu, masing-masing guru dapat bekerjasama dengan teman sejawatnya di sekolah. Begitu pula masing-masing guru dapat bekerjasama dengan orangtua murid (yang tergabung dalam BP3) untuk mengatasi masalah-masalah murid yang penangananya memerlukan keterlibatan orang tua.
Selanjutnya pola ini dikembangkan dengan menjadikan konselor-konselor di SMPT dan SMTA terdekat sebagai tenaga yang dimanfaatkan untuk mengkonsultasikan berbagai masalah murid yang memerlukan penanganan yang lebih khusus.
b.      Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang konselor untuk beberapa sekolah terdekat.

Guru Kelas

Murid

Kepala Sekolah

BP3

Guru Lain

Guru Kelas

Murid

Kepala Sekolah

BP3

Guru Lain

Guru Kelas

Murid

Kepala Sekolah

BP3

Guru Lain

Guru Kelas

Murid

Kepala Sekolah

BP3

Guru Lain

Konselor/
Guru BK

Bagan 8
Organisasi bimbingan dan konseling dengan konselor untuk beberapa sekolah terdekat
Pola ini dapat diterapkan dila kondisi sekolah telah memungkinkan penempatan tenaga khusus (konselor) untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini seorang konselor bertugas untuk melaksanakan kegiatan bimbingan pada beberapa sekolah terdekat, atau secaha khusus bertugas pada setiap sekolah sekaligus, struktur organisasi bimbingan dan konseling menggunakan pola ini adalah sebagai berikut:
….  = Garis Kerjasama
 = Garis Instruksi
----  = Garis Tugas
Pada bagan di atas kelihatan bahwa empat buah sekolah dasar terdekat menyelenggarakan bimbingan dan konseling sesuai dengan program mereka masing-masing. Penyelenggaraanya dikoordinasikan oleh suatu badan (koordinator bimbingan) dengan memakai tenaga konselor yang bertugas sebagai konsultan untuk keempat sekolah tersebut. Masalah-masalah yang memerlukan penanganan khusus dikonsultasikan kepada konselor.
c.       Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor untuk setiap sekolah.
Bila pada setiap sekolah telas dapat ditempatkan tenaga khusus (konselor), maka instruksi organisasi dapat disusun seperti berikut ini:

Bagan
Struktur Organisasi bimbingan dan konseling yang memiliki konselor khusus

Murid

Kepala Sekolah

BP3

Konselor

Guru Lain

Guru Lain

Guru Lain

Guru Lain

Guru Kelas

Guru Lain

…. = Garis Kerjasama
---- = Garis Instruksi
Dalam bagian di atas, kepala sekolah merupakan penanggung jawab tertinggi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
3.      Peranan personal sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dapat terselenggara dengan baik apabila setiap personil sekolah mengetahui dan memahami dengan jelas tugas dan perananya masing-masing. Perincian tugas dan peranan setiap personil itu atara lain adalah sebagai berikut:
a.       Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab utama program bimbingan dan konseling di sekolahnya. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai berikut:
1)      Menyusun program sekolah secara keseluruhan, termasuk program bimbingan dan konseling, dengan melibatkan semua staf yang ada di sekolahnya.
2)      Mendelegasikan tugas pelayanan bimbingan dan konseling kepada masing-masing guru kelas atau kepada konselor (bila kondisi sekolah telah memungkinkan).
3)      Melengkapi berbagai fasilitas, biaya dan sarana untuk keperluan bimbingan sesuai dengan kebutuhan sekolahnya.
4)      Melakukan pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
b.      Guru Kelas
Guru kelas memikul peranan yang amat besar dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Peranan guru dalam program bimbingan dan konseling antara lain adalah:
1)      Mengmpulkan berbagai informasi dan keterangan tentang murid untuk keperluan bimbingan.
2)      Mengidentifikasi berbagai masalah dan kesulitan murid di dalam kelas.
3)      Melakukan kegiatan diagnosis kesulitan belajar terhadap murid-murid yang mengalami kesulitan dalam belajar.
4)      Memberikan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling kepada murid-murid yang membutuhkannya.  Bentuk bantuan tersebut dapat berupa pengajara perbaikan, bimbingan khusus belajar, pemberian informasi, bimbingan kelompok dan sebagainya.
5)      Mendiskusikan dan mengkonsultasikan masalah-masalah murid yang belum dapat ditangani kepada sekolah dan kepada lembaga-lembaga yang terkait.
c.       Konselor
Konselor adalah petugas bimbingan dan konseling yang dipersiapkan secara khusus untuk melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Bila telah dimungkinkan penempatan tenaga konselor, di suatu sekolah maka tugas dan peranannya antara lain adalah:
1)      Menyusu program bimbingan dan konseling bersama staf lainnya.
2)      Bertanggungjawab terhadap kelancaran pelayanan bimbingan dan konseling kepada murid-murid yang membutuhkannya seperti:
a)      Menyelenggarakan program pengumpulan data melalui teknik tes dan nontes,
b)      Menyelenggarakan konseling perorangan,
c)      Menyalenggarakan bimbingan kelompok,
d)     Bersama-sama guru kelas membina dan mengasuh kelompok belajar,
e)      Menyelenggarakan bimbingan karier,
f)       Membantu guru dalam kegiatan pengajaran perbaikan dan program pengayaan,
g)      Menyelenggarakan konperensi kasus,
h)      Bekerjasama dengan orang tua murid dalam menangani masalah-masalah anaknya.
3)      Melakukan konsultasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain berkenaan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah.

C.    Administrasi Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian
Administrasi bimbingan dan konseling dapat dilihat secara makro dan mikro. Secara makro administrasi bimbingan dan konseling dimaksudkan sebagai usaha dalam mengelola dan menggerakkan berbagai personil dan material dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Pengertian administrasi bimbingan dan konseling secara makro ini telah banyak disinggung pada bagian terdahulu yaitu pada bab tentang program dan organisasi bimbingan dan konseling.
Pengertian administrasi bimbingan dan konseling secara mikro dimaksudkan sebagai kegiatan pengaturan lalu lintas kerja pelayanan bimbingan dan konseling sehingga kegiatan tersebut tetap lancar, efisien dan efektif. Kegiatan administrasi seperti itu dapat berupa pencatatan data murid, penyimpanannya, pelaporan dan pengalihtanganan masalah murid kepada tenaga yang lebih ahli/relevan.
Untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Mengingat kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan oleh guru kelas (yang sebagian besar tugasnya adalah mengajar) maka sebaiknya pekerjaan administrasi tersebut tidak terlalu menyita waktu mereka. Catatan-catatan yang dikerjakan haruslah bersifat sederhana.
b.      Catatan-catatan pribadi yang dibuat harus dijaga kerahasiaannya.
c.       Semua data yang dikumpulkan hendaknya dimaksudkan untuk keperluan pelayanan bimbingan dan konseling.
d.      Setiap catatan tentang murid hendaknya mudah ditemukan.
2.      Pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Pada waktu murid pertama kali diterima di sekolah, data pribadi dicatat dari hasil pengedaran angket pada orang rua, atau dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data lainnya. Data tersebut dimasukkan ke dalam file, map atau buku pribadi masing-masing murid.
b.      Data murid yang di peroleh dari catatan anekdot selama proses belajar-mengajar dimasukan ke dalam dokumen murid yang bersangkutan.
c.       Bila guru memandang perlu membarikan pelayanan kepada murid, maka laporannya juga dimasukan ke dalam dokumen di atas.
d.      Konsultasi guru dengan orangtua murid hendaknya juga dicatat dan dimasukan ke dalam dokumen.
e.       Setiap bulan guru diharapkan dapat memberikan laporan tentang layanan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah, baik secara tertulis maupun secara lisan.
f.       Dalam keadaan yang sangat khusus guru kelas dapat mengalihtangankan murid kepada petugas yang lebih relevan dan berwenang atas izin kepala sekolah.
3.      Sarana administrasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar hendaknya didukung oleh sarana penunjang yang cukup memadai. Sarana penunjang yang dimaksud antara lain adalah:
a.       Ruang serba guna bimbingan. Pada ruang ini dapat dilakukan berbagai kegiatan bimbingan dan konseling seperti: bimbingan kelompok, konseling perorangan, pemberian informasi dan sebagainya. Ruang tersebut harus menyenangkan, tidak memberikan kesan yang sama dengan setuasi kelas dan terhindar dari suasana keributan.
b.      Alat-alat mobiler seperti almari, meja, kursi konseling dan kursi tamu.
c.       Alat-alat kelengkapan bimbingan seperti alat-alat pengumpul data, alat-alat penyimpan dan pengolahan data, buku paket bimbingan karier, papan media bimbingan (untuk keperluan pemberian informasi) dan sebagainya. Semua alat-alat kelengkapan bimbingan di atas hendaknya dapat di tempatkan pada ruangan serba guna bimbingan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan di sekolah dasar. Program bimbingan dan konseling yang telah tersusun secara baik akan dapat dilaksanakan secara efektif apabila didukung oleh organisasi yang baik dan tertib. Organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan tertib perlu ditopang oleh administrasi yang teratur dan mantap. Karena dengan adanya administrasi yang teratur dan mantap itu akan memungkinkan terlaksananya mekanisme dan prosedur kerja yang lancar diantara berbagai petugas bimbingan dan konseling di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

-       Amti, Erman dan Marjohan, (1991), Bimbingan dan Konseling, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Jakarta




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A.    Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C.     Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A.    Program Bimbingan Dan Konseling ......................................................... 3
B.     Organisasi bimbingan dan konseling......................................................... 7
C.     Administrasi Bimbingan Dan Konseling ................................................ 14
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16
A.    Kesimpulan ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA