Monday, May 19, 2014

Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara



Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga dengan strategi komunikasi atau communication strategies  (Thornburry, 2006: 29). Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yakni:
ü  Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point)
ü  Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh: mesjid
ü  Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal.
ü  Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh:menggunakan bahasa yang sopan  pada orang yang lebih tua.
ü    Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita inginkan.

Strategi berbicara menurut Modul untuk Profesional Persiapan Pengajaran Asisten dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998 ; Pusat Linguistik Terapan,) adalah sebagai berikut.
1.      Menggunakan minimal tanggapan
Bahasa peserta didik yang kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering mendengarkan dalam keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah satu cara untuk mendorong peserta didik tersebut untuk mulai berpartisipasi adalah untuk membantu mereka membangun suatu persediaan tanggapan minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis pertukaran..tanggapan tersebut dapat sangat berguna untuk pemula.
Tanggapan minimal dapat diprediksi bahwa peserta percakapan digunakan untuk menunjukkan pemahaman, perjanjian, keraguan, dan tanggapan lain untuk apa yang dikatakan pembicara lain.. Memiliki stok tanggapan tersebut memungkinkan pelajar untuk fokus pada apa peserta lain katakan, tanpa harus secara simultan rencana tanggapan.

2.      Menggunakan bahasa untuk berbicara tentang bahasa
Bahasa peserta didik sering terlalu malu atau malu untuk mengatakan sesuatu ketika mereka tidak mengerti pembicara lain atau ketika mereka menyadari bahwa mitra percakapan tidak mengerti mereka. Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat keterampilan. Guru juga dapat memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek pemahaman.
            Dengan mendorong siswa untuk menggunakan frase klarifikasi di kelas saat terjadi kesalahpahaman, dan dengan menanggapi positif ketika mereka melakukannya, guru dapat menciptakan lingkungan praktek otentik di dalam kelas itu sendiri. Ketika mereka mengembangkan kontrol dari strategi berbagai klarifikasi, siswa akan mendapatkan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk mengelola berbagai situasi komunikasi yang mungkin mereka hadapi di luar kelas.
            Setelah mengetahui langkah-langkah atau strategi dalam meningkatkan kemampuan berbicara, maka kemampuan berbicara diharapkan dapat meningkat.
            Kemampuan berbicra sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya. Kemampuan berbicara yang baik dapat menunjang segala aktifitas yang ada, contohnya:
  1. Sebagai calon guru tentunya harus memiliki kemampuan berbicara yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan dengan baik.
  2. Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan sang partisipan harus memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik. Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak unuk berargumen yang didukung dengan kemampuan berbicara yang baik.
  3.  Pada situasi wawancara, kemampuan berbicara yang baik tentu diperlukan untuk menunjang kemampuan menjawab pertanyaan dalam wawancara.

Dari ketiga contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara yang baik sangat penting dalam setiap situasi tertentu.  Strategi yang bisa dilakukan seorang guru untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa adalah sebagai berikut:
  1. Permainan Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Permainan simulasi adalah model yang mengilustrasikan atau menggambarkan baik sistem sosial maupun sistem fisik yang diabstraksi dari realitas dan disederhanakan.
  1. Dongeng
Cara meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan dongeng dapat didahului dengan dipraktekkan terlebih dahulu oleh guru. Unsur keterampilan berbahasa yang terdapat didalamnya adalah menyimak dan berbicara. Menyimak dengan siswa mendengarkan cerita yang disampaikan dan menugaskan siswa untuk menceritakan kembali dongeng yang telah didengarnya dengan bahasanya sendiri. Disini akan menggali keberanian siswa untuk tampil ke depan dan mendongeng untuk temannya dengan cara dan gayanya sendiri. Jika seorang siswa berani tampil dengan bagus, hal itu akan memotivasi siswa lain untuk mencoba berbicara kedepan.
  1. Bermain peran
Bermain peran merupakan salah satu bentuk aktivitas drama yang didalamnya terdapat aktivitas berbicara. Aktivitas tersebut mencakup lafal, intonasi, jeda, aksentuasi/tekanan yang jelas, kemudian penggunaan bahasa yang baik, serta pengorganisasian ide yang terstruktur. Artinya ketika bermain peran aspek tersebut secara otomatis akan dipergunakan. Bermain peran merupakan teknik yang banyak dipakai oleh guru bahasa Indonesia di sekolah, untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berbicara muridnya.
  1. Menggunakan strategi Modelling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan  berbicara bahasa Indonesia perlu menerapkan strategi  Modeling The Way (membuat contoh praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan  luar kelas dalam berbicara bahasaIndonesia yang baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia
  1. Cerita berantai
Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.” Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
  1. Media gambar dalam bercerita
Guru mengembangkan media pembelajaran melalui penggunaan media gambar cerita dengan maksud agar siswa dapat menginterpretasikan isi cerita sesuai dengan imajinasinya yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan kembali isi cerita, mengungkapkan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna. Penggunaan gambar cerita merupakan alat bantu (media) agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan terjadi bina suasana kelas.
  1. Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi anak-anak kelas 3-6 SD ialah menyampaikan laporan secara lisan. Untuk mengingatkan agar anak-anak menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara lisan, masalah mereka menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka inginkan dari seorang pembicara. Bentuk kegiatan lain yang untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar.
  1. Berpartisipasi Dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada murid untuk berinteraksi dengan murid-murid laindan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tangapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi.
  1. Menghibur (menyajikan pertanyaan)
Kadang-kadang murid-murid dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas lain, orang tua dan angota masyarakat di sekitar gedung sekolah.  Siswa dapat menyatakan keingintahuannya dengan bertanya. Tingkat atau ragam pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan apa yang diinginkannya.
  1. Sandiwara boneka
Pertunjukan sandiwara boneka memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berbagai gagasan dan cerita lewat percakapan, disertai dengan gerakan boneka.
  1. Bermain Drama
Bentuk lain apresiasi sastra secara lisan ialah membacakan naskah drama atau bermain drama. Diantara anak-anak yang berperan sebagai narrator, yakni yang membacakan diskripsi cerita. Anak-anak yang lain memerankan semua pelaku cerita yang ditentukan.
  1. Wawancara
Wawancara dapat digunakan oleh murid untuk memproleh informasi yang berhubungan dengan suatu tugas tertentu.
  1. Bercakap-cakap
Bercakap-cakap adalah berbicara secara alami antara dua atau lebih pembicara. Bercakap-cakap merupakan bentuk ekspresi lisan yang paling alami dan bersifat tidak resmi, tetapi  anak-anak kurang mendapat kesempatan untuk melakukan percakapan khususnya percakapan dalam bahasa Indonesia bagi anak-anak yang berbahasa ibu bahasa daerah, selama berada di sekolah. Oleh sebab itu, sebaiknya tersedia tempat bercakap-cakap dengan tempat duduk yang nyaman (anak-anak duduk di karpet atau tikar). Anak-anak bercakap-cakap dalam kelompok-kelompok kecil selama waktu tertentu. Untuk melatih siswa mau dan mampu berbicara, guru bersama siswa dapat  merencanakan materi percakapan. kegiatan ini dapat dilakukan di luar waktu belajar.
  1. Laporan Lisan
Siswa dilatih menyusun laporan sederhana yang menyangkut  yang menyangkut topic atau tema mata pelajaran. Laporan dapat  beruberupa isi buku, hasil percobaan, hasil pengamatan, ataupun isi cerita.

Pengertian Berbicara



            Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto (2003:32) bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia juga cenderung memiliki keberanian untuk tampil menjadi pemimpin pada kelompoknya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1993 : 15).
Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997 : 13). Mereka berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.

Friday, January 10, 2014

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT



Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Zainal Aqib (2007 : 76) TGT memiliki berbagai persamaan dengan STAD. Namun, dalam hal kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan sistem turnamen permainan akademik. Dalam turnamen ini siswa bertanding mewakili tim mereka dengan anggota tim lain secara kinerja akademik.

1.      Langkah-langkah kegiatan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
a.       Presentasi di Kelas
Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
b.      Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
c.       Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.
d.      Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
e.       Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
2.      Pelaksanaan Turnamen Akademik
Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja “atas” dan yang “bawah.” Mintalah salah satu siswa yang anda pilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu bernomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut.
Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama.
Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah pilihan ganda. Misalnya, seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal nomor 21. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang bereda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua pnya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya jawaban, ditantang, atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam boks.
Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri: penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama, dan si pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut, seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau jika kotaknya telah kosong. Apabila permainan sudah berakhir, para pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan pada kolom untuk Game 1. Jika masih ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir periode kelas, dan mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game 2 pada lembar skor.
3.      Menentukan Skor Tim
Segera setelah turnamen selesai, tentukanlah skor tim dan persiapkan  sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu, pindahkan poin-poin turnamen dari tiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.

Semua siswa harus memainkan game ini pada saat yang sama. Sementara mereka bernain, bergeraklah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menjawab pertanyaan dan pastikan bahwa semua siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh menit sebelum akhir periode kelas, ucapkan kata “waktu” dan mintalah para siswa berhenti dan menghitung kaartu mereka pada lembar skor permainan.
Mintalah para siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game (jika mereka memainkan lebih dari satu game) dan mengisi total perolehan hari itu. Untuk anak-anak yang usianya lebih muda (kelas empat ke bawah), kumpulkan saja lembar skornya. Jika para siswa lebih tua, mintalah mereka menghitung poin turnamen mereka sendiri.
Tabel di bawah ini adalah merangkum poin-poin turnamen untuk semua kemungkinan hasilnya. Pada meja dengan tiga pemain dan skor tidak seri pencetak skor tertinggi menerima enam puluh poin, yang kedua empat puluh poin, dan yang ketiga dua puluh poin. Jika terdapat lebih atau kurang dari tiga pemain atau bila terjadi nilai seri, gunakan tabel tersebut untuk menentukan poin bagi tiap siswa. Apabila semuanya sudah menghitung poin-poin turnamen yang dikumpulkan, mintalah para siswa untuk mengumpulkan lembar skor permainan.
 

Merekognisi Tim Berprestasi
Seperti dalam STAD, di sini juga diberikan tiga tingkatan penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim.

Anda boleh memberikan sertifikat atau penghargaan lain kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerima ucapan selamat di dalam kelas. Selain atau sebagai tambahan sertifikat tim, anda boleh juga menampilkan tim sukses pada papan buletin mingguan, tempatkan foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apa pun yang anda lakukan untuk merekognisi tim yang berprestasi, sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar.
Memberi Penilaian
TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. Untuk menentukan nilai-nilai individual, banyak guru yang menggunakan TGT memberikan ujian tengah semester atau akhir semester pada tiap-tiap semester; ada juga yang memberikan kuis setelah turnamen. Nilai para siswa haruslah didasarkan pada skor kuis mereka atau penilaian individual lainnya, bukan pada poin-poin turnamen para siswa dan/atau skor tim dapat dijadikan sebagian kecil dari nilai mereka. Atau, apabila sekolah memberikan nilai yang terpisah sebagai penilaian akhir, skor-skor ini dapat digunakan untuk menentukan nilai akhir. (Robert E. Slavin, 2005 : 166-179).